Tentang PERMATA a.k.a Transfer Kredit LPTK



Tentang PERMATA

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan berdirinya bangsa Indonesia. Upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diinterpretasikan salah satunya pada aspek pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa generasi yang lahir dengan matangnya pola pikir melalui pendidikan yang baik adalah tulang punggung bangsa ini.
Sebagaimana diketahui founding fathers bangsa Indonesia adalah tokoh-tokoh yang tumbuh karena proses pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik merupakan salah satu aspek mutlak suksesnya bangsa ini mencapai tujuan nasional. Kesuksesan tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ini harus dilakukan di semua lapisan pendidikan, tidak terkecuali Pendidikan Tinggi.
Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) merupakan penentu arah kebijakan tertinggi untuk mejamin mutu pendidikan pada jenjang Pendidikan Tinggi. Penjaminan mutu pendidikan di Indonesia tentu sangat dipengaruhi oleh kualitas guru yang nantinya menjadi ujung tombak pencerdasan terhadap peserta didik.
Kualitas guru sangat dipengaruhi oleh tempat dimana ia mengenyam pendidikan sebagai seorang guru, dalam hal ini adalah Kampus yang berstatus Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK). Oleh karena itu, Kemenristekdikti menurunkan kebijakan kepada seluruh (12) kampus berstatus LPTK di Indoensia untuk mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (PERMATA).
Universitas Negeri Makassar (UNM) merupakan salah satu kampus LPTK yang menerima 44 mahasiswa PERMATA. Tujuan program ini bukan hanya mengikuti program perkuliahan dalam kelas saja, namun untuk mengenalkan kearifan lokal masing daerah sekitar Kampus LPTK termasuk kampus tujuan, UNM.
Selain UNM, ada 11 kampus LPTK lain yang dituntut untuk berpartisipasi dalam program beasiswa pertukaran ini. Kampus LPTK dari pulau Sumatra tercatat Universitas Negeri Medan (UNIMED) dan Universitas Negeri Padang (UNP). Kampus LPTK dari pulau Sulawesi diantaranya Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Negeri Manado (UNIMA), dan Universitas Negeri Makassar (UNM).
Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) menjadi perwajahan kampus LPTK dari pulau Bali. Pulau Jawa memiliki 6 kampus LPTK, yaitu Universitas Negeri Surabaya (UNNESA), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Semarang (UNNES), dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tidak hanya menerima, UNM juga wajib mengirimkan mahasiswanya. Hal ini juga berlaku untuk 11 kampus LPTK lainnya.
Program ini berlangsung selama satu semester, dari bulan Februari sampai bulan Juni. Selain mengikuti perkuliahan di kampus tujuan (mitra), mahasiswa PERMATA juga dituntut dapat mengikuti agenda-agenda diluar bangku perkuliahan. Agenda-agenda tersebut antara lain seminar, sarasehan budaya daerah kampus asal, kunjungan situs wisata, kunjungan situs budaya, dan lain-lain.
Agenda-agenda di luar bangku perkuliahan ini dilaksanakan bukan tanpa tujuan, justru agenda-agenda di luar perkuliahan ini adalah salah satu indikator kesuksesan beasiswa program PERMATA ini. Harapan besar setelah mengikuti agenda ini dan kembali ke kampus asal, penerima beasiswa PERMATA dapat memiliki wawasan keindonesiaan yang dapat memberikan semangat persatuan setelah melewati dunia kampus.
Beasiswa program PERMATA ini memberikan pengalaman kepada mahasiswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus tujuan. Secara tidak langsung, mahasiswa akan diuji dengan perbedaan atmosfer sosio-kultural dari lingkungan sebelumnya, baik kampus maupun masyarakat sekitar.
Mahasiswa dari pulau Jawa terutama yang berasal dari Yogyakarta, selama ini hanya mengetahui Makassar dari permukaannya saja melalui televisi, artikel, buku bacaan, atau referensi lainnya. Gambaran yang muncul terhadap kota Makassar oleh sebagian besar masyarakat Yogyakarta adalah gaya hidup hedon dan komunikasi yang cenderung keras. Modal dasar itu penting diketahui sebagai bekal untuk menyesuaikan kondisi dengan lingkungan kota Makassar.
Diantara banyak referensi yang menggambarkan hedonisme dan kerasnya kota Makassar, seharusnya hal ini tidak membatasi dan menimbulkan efek paranoid berlebihan sehingga enggan untuk melakukan interaksi sosial. Referensi yang ada seharusnya digunakan untuk memilih lingkungan yang tepat ketika nantinya berada di kota tujuan. Jika sudut pandang ini yang diambil, maka interaksi dengan semua kalangan dan lapisan masyarakat dapat dilakukan dengan baik.
Jadi bagi masyarakat Yogyakarta, gambaran lebih hedon dan kerasnya Makassar hanya sebagai upaya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga sikap dan pergaulan, begitu juga sebaliknya. Sebagaimana peribahasa “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, setiap daerah memiliki tradisi dan aturan masing-masing.
Selebihnya tidak ada perbedaan berarti yang dapat dipersoalkan, karena sejak awal setiap jengkal tanah air ini sudah terikat oleh “semboyan sakti”, Bhinneka Tunggal Ika. Lalu apa yang perlu ditakuti dari setiap jengkal tanah surga yang sudah Tuhan karuniakan ini. Bukankah kita ini Indonesia? :)

Komentar

Postingan Populer

Nuryasin: Jamaah Kristen Satu Gereja Masuk Islam Karena Kunci Surga

Kisah Seorang Kakek Muslim dan Anak Keturunan Yahudi