MasYasih? #6 MENEMUKAN KENYATAAN

 


Mental remaja yang berapi – api terkadang hanya terjadi dalam waktu yang singkat, ia takkan bertahan lama dan berkelanjutan jika tidak menemukan momentumnya. Perasaan resah yang dirasakan dengan keinginanan untuk merubah itu sudah ada, namun kadang kita menemukan kejenuhan dalam proses eksekusinya. Perkara pembentukan mental yang kuat itu bukan bentukan sehari dua hari kan?   

Ada cerita unik yang saya alami ketika pertama masuk kedalam lingkungan ini dan kalau coba saya cermati ini adalah skenario yang luar biasa dari Sang Pembuat Skenario Terbaik, Allah SWT. Cerita itu dimulai saat pertemuan singkat dengan seorang tester Tahsin (Perbaikan Membaca Al – Quran), singkatnya untuk menentukan berada di jilid berapa kemampuan saya membaca Al – Quran sebagai salah satu tes untuk mengetahui kebutuhan calon peserta pendampingan agama Islam.

Bacaan yang sangat butuh pemakluman tentunya, karena baru menyadari bahwa selama ini saya membaca dengan cara yang salah dan baru saya sadari beberapa tahun setelah mengikuti agenda Lembaga Pendidikan Islam di masjid Kampus, Masjid Al – Mujahidin namanya. Saat itu saya merasa sudah bisa membaca Al – Quran meskipun saat diminta membaca di depan orang lain paniknya minta ampun. Pernah mengalami hal serupa? Hehe

Selain tes membaca Al – Quran, beliau juga sangat enak diajak ngobrol dan melayani dengan hangat beberapa pertanyaan saya sebagai mahasiswa baru yang masih polos, lucu, dan mudah dibohongi ini. haha

Beberapa waktu berlalu, akhirnya saya bertemu lagi dengan beliau. Masih dengan senyum khas dengan sedikit mata menyempit, yang saya ketahui itu senyum otentik tanpa kepura – puraan, menurut saya begitu, aslinya siapa yang tahu Kan? Hehe, Kami bertemu lagi di agenda rekrutmen.

Proses untuk mengikuti agenda rekrutmen organisasi yang saya sempat underestimate ini juga ternyata terskenario dengan sangat rapi. Awal mula untuk mengikuti agenda rekrutmen kami harus mengikuti agenda menginap 2 hari 3 malam dengan membayar Rp 25.000,00. Nah, masalahnya ada membayar itu yang membuat saya dan beberapa teman yang akan mengikuti mulai mundur perlahan.

Saat itu uang tersebut sangat berarti buat kami mahasiswa baru yang berasal dari luar kota. Naik kereta masih bisa untuk pulang pergi, untuk beli nasi sayur telur saja masih Rp 3.500,00 saja. jadi saya mulai mengurungkan niyat menuju lokasi sekretariat untuk menyerahkan formulir.

Seperti yang saya sampaikan, perkara mental remaja yang masih labil. Padahal sebelumnya berniat untuk berbuat dan merubah kultur yang mengerikan menjadi lebih diterima, tapi dengan uang saja niat baik yang diawali semangat menggebu – gebu itu redup. Payah memang!

Sampai akhirnya ada teman satu kelas yang dengan bakat “Sales” membujuk kami untuk tetap mengikuti agenda tersebut dan menyampaikan bahwa Rp 25.000,00 itu tidak seberapa jika dibanding agenda yang akan diikuti. Kemudian otak saya memproses, menimbang - nimbang keuntungan dan kekurangan yang akan didapatkan nanti. Saya memutuskan untuk menawar. Haha!

Namun sebagaimana panitia yang sudah menetapkan budget dan anggaran tentu tetap bersikeras, mau ditinggal pergi dan kembali lagi pun kalau sudah ditetapkan ya sudah, selain itu mungkin juga karena mereka kurang punya pengalaman berjualan ya, padahal aslinya karena saya yang tidak jago menawarnya. Hehe

Singkat cerita saya ikut agenda yang menginap tersebut dengan jumlah peserta keseluruhan hanya sekitar 25 orang saja. Seingat saya, jumlah peserta laki – laki lebih banyak dibanding perempuan. Fakultas Teknik itu memang mayoritasnya laki – laki. Hampir 70 % laki – laki dan 25 % perempuan serta yang 5% tidak jelas. Haha

Bercanda ya, 70% laki – laki dan 30% diskon beli 2 gratis 1. Wkwk

sekitar 70 % Laki – laki dan 30 % perempuan maksudnya. Disaat itu saya juga baru mengenal redaksi baru kalau laki – laki itu ikhwan, dan perempuan itu akhwat. Okelah, lucu juga ada istilah baru yang saya dapatkan di agenda luar bangku kuliah.

Bayangkan 25 mahasiswa dari total sekitar 1000 mahasiswa muslim, berarti hanya 2,5 % saja. Lebih kecil dibanding kadar alkohol dalam tape, lho kok sampe ke tape segala, intinya mengejutkan lah ya. Mengejutkannya lagi hampir setengah dari total peserta laki – laki berasal dari satu kelas, yaitu kelas saya. Pemicunya tentu seorang teman berbakat “Sales” tadi.

Secara hitungan matematika tentu jumlah tersebut sangatlah kecil, kami saat itu belum tahu bahwa hitungan Allah berbeda dengan hitungan matematika. Di mata Allah, bisa jadi satu manusia pun bisa lebih bernilai dibanding ribuan bahkan jutaan manusia lainnya. Meskipun saat itu, kami belum mengenal hitungan tersebut.

Saat pertama kali melihat display yang dipertunjukkan oleh lembaga kerohanian Islam ini, seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa apa yang ditampilkan membuat persepsi saya sangat membosankan dan tidak asyik sama sekali. Singkat cerita, agenda rekrutmen itu saya ikuti dengan segala persiapan.

Komentar

Postingan Populer

Nuryasin: Jamaah Kristen Satu Gereja Masuk Islam Karena Kunci Surga

Kisah Seorang Kakek Muslim dan Anak Keturunan Yahudi