Menjawab Pertanyaan mulai dari Islam, Make Up, Circle Pertemanan, sampai Big Bang
Pertanyaan:
1. Apakah Islam menurut Anda?
2. Bagaimana hukum merias ketika ke kampus?
3. Saya ingin bertanya bagaimana pandangan dalam Islam
terkait forum di mana orang berteman dengan model 'sirkel-sirkelan'?
4. bagaiama pandangan islam memandang teori big bang?
Jawaban:
1. Islam adalah agama yang sempurna, sebagaimana dalam Q.S.
Al Maidah: 3, Allah berfirman yang artinya “…Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan
kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagi kalian…”. Syaikh Ibnu Katsir dalam
tafsirnya telah menjelaskan dari berbagai riwayat bahwa ayat ini diturunkan
saat Haji Wada’ untuk menegaskan bahwa agama Islam telah Allah turunkan kepada
nabi Muhammad SAW telah sempurna, begitupula dengan tugas rasulullah SAW
menyampaikan risalah kepada umatnya telah sempurna.
Senada pula
dengan Q.S. Al Baqarah : 208 yang memerintahkan kita sebagai umat yang beriman
untuk masuk kedalam agama Islam secara menyeluruh, secara sempurna. Lebih lanjut,
Syaikh Ibnu Katsir mengutip apa yang disampaikan oleh Ibnu Abbas terkait ayat
ini bahwa ayat ini ditujukkan kepada orang-orang beriman dari kalangan ahli
kitab agar para ahli kitab meskipun sudah masuk agama Islam diharuskan untuk
memasuki agama Islam ini secara sempurna dan meninggalkan ajaran agama
sebelumnya, karena itu sudah cukup bagi mereka. Berarti agama Islam telah
sempurna menjadi sebuah sistem yang mengatur segala aspek kehidupan dari
agama-agama yang telah Allah turunkan sebelumnya.
Muhammad
Natsir dalam tulisannya di majalah Pedoman Masyarakat (1936) yang disusun dalam
serial buku Capita Selecta mengutip pendapat seorang orientalis barat, H.A.R.
Gibb., yang juga merupakan ahli ilmu tarikh, terutama bab kebudayaan di Timur Tengah.
Beliau menyampaikan pada halaman 12 buku Wither Islam bahwa Islam itu
sesungguhnya lebih dari suatu sistem agama saja, Islam itu adalah seperangkat
kebudayaan yang lengkap. Maksudnya Islam bukan semata-mata ajaran ibadah dan
upacara, namun Islam merupakan sebuah sistem lengkap yang mengatur seluruh
aspek kehidupan meliputi sosial, ekonomi, budaya, politik, pendidikan, hukum,
perdamaian, dan lain – lain. Wallahu a’lam bishshawab.
2. Ulama
membahas hukum merias / make up pada bab Tabarruj. Tabarruj secara bahasa menampakkan
sesuatu untuk dilihat mata (orang lain). Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa tabarruj itu
ialah memaksa diri untuk membuka sesuatu yang seharusnya disembunyikan. Merias wajah
/ make up dihadapan orang yang boleh melihatnya, bahkan di depan suami agar
terlihat cantik didepannya adalah sunnah, dan tidak termasuk Tabarruj.
Adapun yang
menjadi pembahasan lebih mendalam adalah ketika berhias / make up keluar rumah, misal kampus, mall, dan tempat – tempat
lain yang memungkinkan dilihat oleh banyak orang. Tentu yang pertama adalah
niyat berhias tujuannya untuk apa. Jika ingin terlihat kecantikannya dihadapan
orang lain apalagi lawan jenis yang bukan mahrom, tentu hal ini termasuk
tabarruj, maka haram hukumnya.
Kedua, jika
secara niyat memang tidak ingin memperlihatkan kecantikannya dengan make up
tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah kadarnya, jangan sampai berlebihan
hingga menimbulkan syahwat bagi laki-laki bukan mahrom yang melihatnya atau
menjadi fokus perhatiannya, ini juga termasuk tabarruj.
Kadar berlebihan
ini memang relatif, namun bisa diperkirakan sesuai pendapat beberapa orang
disekitarnya yang memang punya ilmu untuk memberikan pendapat tersebut dengan
tujuan untuk melindungi dari dosa tabarruj. Hal ini lebih lengkap dibahas dalam
pembahasan di Rumah Fiqih Indonesia di laman www.rumahfiqih.com. Wallahu a’lam bishshawab.
3. Circle
pertemanan agaknya sudah sering kita dengar akhir-akhir ini, sebenarnya sejak
dahulu circle pertemanan sudah ada, hanya berbeda bahasa saja. Apakah boleh
kita memiliki circle pertemanan?
Manusia itu
sejak Allah ciptakan memang tidak bisa hidup sendiri, kemudian dicipatakanlah
Hawa untuk menemani Nabi Adam ketika awal penciptaan manusia. Kemudian dari
Nabi Adam dan Hawa kemudian melahirkan keturunan yang hingga saat ini jumlahnya
milyaran manusia yang terdiri dari berbagai bangsa, beribu-ribu suku dan berpuluh
ribu bahkan berjuta bahasa. Hal ini tentu membuat manusia memiliki perbedaan
satu sama lain. Kemudian apakah sebenarnya hakikat Allah menciptakan manusia dengan
segala perbedaanya?
Q.S. Al
Hujarat: 13
{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13) }
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Syaikh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya
menyampaikan hadits dari jalur riwayat Imam Ahmad, dari Uqbah ibnu Amr ra yang
mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda. Sesungguhnya nasab kalian ini bukanlah (sarana) untuk merendahkan siapa pun. Kamu sekalian adalah anak-anak
Adam yang mempunyai martabat yang sama tiada bagi seseorang keutamaan atas yang
lainnya kecuali dengan agama dan takwa. Cukuplah (keburukan) bagi seseorang bila dia menjadi orang yang tercela, kikir,
lagi buruk kata-katanya.
Tentu, tak
ada sesuatu pun yang membuat manusia satu dengan manusia lain merasa mulia. Karena
kemuliaan itu milik Allah dan Allah menilai kemuliaan manusia itu hanya dari
agama dan ketakwaannya saja. Adapun perbedaan yang Allah ciptakan tujuannya
adalah agar umat manusia saling mengenal, dengan saling mengenal itu kemudian
akan timbul rasa cinta dan kasih sayang sesama manusia. Sehingga akan memunculkan
persaudaraan antar sesama manusia, ukhuwah al insaniyah.
Terlebih antar
umat muslim, sudah sangat banyak firman Allah SWT dan sabda nabi Muhammad SAW
tentang keharusan persaudaraan antara muslim satu dan muslim lainnya (ukhuwah
al islamiyah) tanpa ada sekat apapun. Maka jika ada circle pertemanan yang
tujuannya untuk mempertebal perbedaan yang ada tentu menjadi larangan. Adapun circle
pertemanan yang digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Hal ini sangat diperbolehkan sebagaimana hadits nabi SAW:
dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang tergantung
pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat
siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat." H.R. Abu Dawud
Maka, adanya circle pertemanan
dibolehkan jika digunakan sebagai sarana mendekatkan diri dan meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT dan dilarang jika digunakan hanya karena faktor
ekonomi, strata sosial, banyaknya pengikut, dan sesuatu yang menimbulkan
perpecahan atau kebanggan terhadap golongannya saja. Wallahu a’lam bishshawab.
4.
Teori
ledakan besar (Big Bang Theory).
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini awalnya berasal dari gumpalan massa
yang sangat padat dan panas. Kemudian karena tekanan panas yang memuncak, massa
ini mengalami ledakan besar (big bang) menjadi serpihan-serpihan alam semesta:
tata surya, galaksi, nebula, planet, dan sebagainya yang terus mengembang.
Sekarang kita bandingkan teori ini dengan ayat Al-Qur’an :
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
“Dan apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?”
Syaikh Ibnu Katsir (W. 774 H) memberikan
penjelasan yang menakjubkan tentang ayat ini, “maksudnya,semua benda dahulunya
saling merekat, menyatu dan tersusun satu sama lain. Kemudian langit-langit
Allah jadikan tujuh dan bumi pun tujuh. Allah memisah langit dunia dan bumi
dengan udara. Lalu langit menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan tanaman. Oleh
karena itu, Allah berfirman “Dan kami
jadikan kehidupan segala sesuatu dari air. Maka, apakah mereka tidak beriman?” Maksudnya,
apakah mereka tidak menyaksikan makhluk-makhluk ini terjadi dari fase ke fase
yang menunjukkan keberadaan Sang Pencipta yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Pada aspek ini memang ada kesamaan antara teori big
bang dan apa yang terkandung dalam Q.S. Al Anbiya: 30. Pada kesamaan itu, tentu
mengandung kebenaran karena sebagai orang yang beriman, kita harus percaya
tanpa ada keraguan sedikitpun terhadap ayat Al-Quran. Namun perlu kita garis
bawahi bahwasanya di dalam teori big bang tersebut ada beberapa hal yang patut
diperhatikan. Teori big bang itu masih belum teruji kebenarannya, maka tidak
semua teori yang ada di big bang harus kita anggap benar semuanya. Jika ada
nash dalam al-Quran dan Sunnah, maka wajib kita benarkan, tanpa ragu sedikit
pun.
Adapun jika belum ada pembuktian akan teori tersebut, maka patutlah kita
sebagai umat beragama yang dituntut untuk mempelajari ilmu agar selalu punya ruh intiqad untuk menguji teori big bang
atau teori lain hasil pemikiran para ilmuwan agar Islam kembali menjadi acuan
dan pusat perkembangan ilmu di seluruh dunia sebagaimana dulu pernah kita alami.
Wallahu
a’lam bishshawab.
Komentar
Posting Komentar