Allah dan Makhluk Terbaik-Nya di Sisi Kita

Bismillah,,,
Lama sudah rumah ini tidak aku singgahi, pun akhirnya sejauh mana aku pergi dan lupa akan sesuatu, lama-lama juga akan dipertemukan lagi. seperti kepergianku dari dunia blogging dan sedikit mengerem hasrat menulis yang sebenarnya sudah lama ingin kulakukan. :)

Sebelumnya gimana kabar "Sahabat Online"?
oh ya, mulai hari ini suka ndak suka, terima ndak terima yang baca blog ini saya akuisisi sebagai Sahabat Online. Eitz, tidak menerima protes. hehe bercanda, tapi bercandanya suka seirus, eh serius. garing si lebih tepatnya ya. haha

Oh ya, bicara tentang sahabat itu sebenarnya bicara sama diri kita sendiri loh. oh ya sampe lupa, sekarang kalian punya nama panggil baru, bagi laki-laki saya beri nama "Akh Bro" dan bagi perempuan tak kasih nama "Ukh Sist", sekali lagi suka ndak suka harus suka, terima ndak terima harus diterima. titik. (sambil melet). hehe

Gini ni Akh Bro dan Ukh Sist sekalian  -aneh bener ya haha-, BTT. mungkin pada bertanya kenapa kalo bicara sahabat itu bicara diri kita sendiri. Why gitu? Why do you love me? ato why yang Orang (Wayang Orang... :) ).

Dalam sabda Nabi Muhammad SAW pun disebutkan yang artinya "Tidak sempurna iman seseorang sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri", coba cek di Hadits Arba'in karya imam An-Nawawi nomor 13 bab Ukhuwah Islamiyah. ilustrasinya gini, kalau Sahabat Online sekalian pernah mendengar "jika kamu ingin melihat kepribadian seseorang, maka lihatlah orang-orang dekat yang membersamainya". 

Atau mungkin bagi yang masih ingat pelajaran SMP, media sosisalisasi kita salah satunya adalah dengan teman sebaya, dan kebanyakan sifat, karakter, tingkah laku atau akhlak kita itu dipengaruhi oleh orang-orang yang sering bersama dengan kita terutama saat usia-usia pembentukan karakter dan pencarian jati diri. Sadar ndak sadar kita sudah mengalaminya. iya ndak, iya ndak? iya-in aja yak. he

Coba dicermati deh, meskipun mungkin hal ini tidak berlaku untuk beberapa orang. Yang pasti setiap dari kita yang hidup pasti oleh Allah diberi Makhluk Terbaik yang Allah turunkan untuk menemani dan memberikan warna di kanvas-kanvas -ceilah kanvas- kehidupan kita. Ya, merekalah teman kita. 

Tanpa mengesampingkan peranan orang tua yang selama ini banyak berkorban untuk kita dan tidak akan ada yang pernah menggantikan peranan mereka disisi kita, namun dalam konteks ini mereka juga bisa dikategorikan sebagai teman, ya karena kita berbicara terkait Makhluk Allah, dan pastinya mereka senantiasa membersamai dan menemani kita setapak demi setapak dan tidak jarang malah mereka menjadikan dirinya terinjak oleh langkah-langkah kita tanpa kita sadari. 

Mahkluk yang bernama orang tua ini memang spesial dan berbeda serta perlu perlakuan khusus, bisa membuat kita menangis tanpa sebab yang jelas. pokoknya kalau sudah bicara orang tua, terkadang logika tidak bisa menjangkau ketika melakukan sesuatu untuknya. kalau bicara orang tua ya gini ni, jadi melancholist. :')

Move on Sahabat, Wah nggak bisa!!! Okelah move on, saya ndak akan menyempitkan pembicaraan terkait teman ini ke dalam ruang yang lebih sempit lagi, karena memang saya akan membahas terkait orang-orang yang Allah karuniakan dalam kehidupan makhluknya, terutama manusia. semoga nantinya bisa menjadi interospeksi buat kita, terutama untuk saya pribadi.

Jika kita memikirkan dan menghitung berapa jumlah teman kita mungkin memori kita tidak bisa untuk mengingat dan memanggilnya satu-satu, bahkan karena saking banyaknya bisa kita ibaratkan jumlah mereka lebih dari jumlah bintang yang ada dilangit, kalo ndak percaya coba deh dihitung. hehe, tuh kan banyak, dan mungkin ketika bertemu pun kita terkadang lupa walau hanya untuk menyebutkan namanya. sekali lagi, karena saking banyaknya teman yang Allah karuniakan di kehidupan kita. semakin menyadarkan kita akan hebatnya Sang Maha Pencipta ini.

Nah, disepanjang kehidupan ini, tentulah kita melakukan sekian ribu aktivitas di dunia sedari kita dilahirkan sampai kita dibaringkan dan terbujur kaku untuk kemudian menyatu dengan tanah. ya menyatu dengan tanah. dari sekian ribu aktivitas tentu dan sangat pasti kita membutuhkan peranan orang sekitar kita untuk berkerjasama. 

Sebagai mana kita harus mengakui sehebat dan sekuat apapun kita ya tetap membutuhkan orang-orang di sekitar kita karena memang sifat dasar kita yang tercipta sebagi mahkluk sosial, mahkluk yang membutuhkan orang lain. Dan terkadang tanpa kita sadari kita sering melupakan peranan mereka, dan terkadang pula kita menganggap mereka remeh dan bukanlah apa-apa.

Entah kenapa juga terkadang kita menganggap kita lebih superior dari pada yang lain sehingga kita merasa ndak perlu bantuan orang lain dalam setiap aktivitas kita, malah ekstrimnya menganggap mereka sebagai kambing hitam aras kerjaan tidak sempurna yang kita eksekusi. 

Nuya pun pernah melakukan hal seperti itu beberapa tahun ke belakang. Namun ada kejadian yang kemudian benar-benar merubah mindset saya, benar-benar membuat saya berpikir lebih dewasa dari biasanya.

ketika itu, tepat Ba'da Isya di teras IEC Al-Mujahidin UNY saya menghampiri seseorang dan duduk bersamanya. Sampai beberapa jam kita ngobrol sana sini, terkadang ndak jelas juga obrolannya. Pembicaraan yang kemana-mana tadi bertemu pada titik menuju keseriusan, yaitu terkait kinerja Pengurus Baru KMM FT UNY, oh ya pada saat itu Alhamdulillah saya diberikan amanah sebagai Mas'ul KMM FT UNY 2014 a.k.a KMM So SWEET 2014. he

Beberapa saya mengeluhkan terkait kinerja mereka yang masih belajar dan terhitung baru masuk ke dalam organisasi, meskipun organisasi ini bagi saya sangat spesial dan ndak ada duanya. Mungkin kapan-kapan akan ada edisi khusus buat bahas ni organisasi yang telah menimpa dan membentuk karakter saya selama ada di Kampus.

Btw, sampe ke sharing terkait kinerja pengurus. kemudian ditanggapi deh sama seseorang yang duduk bersama tadi, beliau menjelaskan sampe pada post power syndrome, dan bla bla bla yang lain. Namun yang pasti saya ingat saat beliau berkata terkait orang-orang yang berkecimpung dan bekerja bersama kita adalah teman kita, teman yang selama ini kurang kita anggap keberadaannya saat bekerja bersama kita. 

Kita sering menyalahkannya, memarahi mungkin, menanggapinya dengan ketegasan yang berlebihan. dan yang paling membekas ketika beliau -yang duduk bersama tadi- menyampaikan sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang terbaik yang Allah turunkan dan Allah karuniakan kepada kita untuk bekerja bersama kita, namun kita tidak menyadarinya dan kita kurang memahami potensinya. Malah terkadang karena rasa capek yang kita alami tanpa sadar kita kemudian menyakitinya dengan perkataan yang kurang baik dan perilaku yang membuatnya tidak nyaman.

Perbincangan itu kemudian membuat saya menemukan solusi dari permasalahan yang selama ini hinggap di setiap aktivitas kita, kuncinya itu karena kita kurang muhasabbah / interospeksi diri dan belum bisa menjadikan orang-orang di sekitar kita sebagai orang-orang terbaik yang Allah turunkan dan Allah karuniakan untuk bekerja bersama kita dan melangkah beriringan layaknya sepasang sepatu yang kita kenakan. meskipun tak pernah sama dan tak pernah satu, tetapi mereka masih tetap bisa berjalan secara beriringan tanpa memikirkan perbedaan satu sama lain.

Semoga bisa diambil ibrahnya... :)

Komentar

Postingan Populer

Nuryasin: Jamaah Kristen Satu Gereja Masuk Islam Karena Kunci Surga

Kisah Seorang Kakek Muslim dan Anak Keturunan Yahudi