Tak Bisa Melihat Bukan Berarti Buta, Sadarlah Kita Telah Menutup Mata.
Bismillah,
Sahabat Nuya gimana kabar? Lama tak bersua sama tulisan saya kan. hehe, oh ya mungkin bagi yang update status FB saya (https://www.facebook.com/Nurpalenkchikampex) tulisan ini sudah ada. hanya ingin saya ulangi lagi biar tambah berkembang dan mudah dipahami. tulisannya terkait membuka mata tapi ndak sambil cilukba ya...
Begini ni guys, membuka mata itu itu penting banget ternyata. Sebenarnya kita itu tidak bisa melihat bukan karena kita -mohon maaf- buta, sekali lagi bukan karena buta. Namun kita itu terlalu nyaman dengan kebiasaan kita untuk menutup mata. Biasanya kita itu nyaman kan kalau sudah menutup mata, apalagi kalau yang namanya tidur dilingkungan yang dingin kalau ndak ada angin sepoi-sepoi. udah deh bakal susah dibangunin...
Sebenernya tulisan ini bukan jawaban saya atas pertanyaan dari siapapun, tapi ini hasil refleksi dari beberapa pengamatan dan diskusi-diskusi kecil yang pernah saya lakukan, dari membaca juga tentunya. Begini, misal kita seorang pendidik atau orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, ndak usah jauh-jauh deh. Mahasiswa saja lah ya, yang katanya penyambung antara kalangan elit dengan kalangan akar rumput.
Mahasiswa di era ini saya pikir tidak ada alasan untuk membatasi diri, akses tersebar dimana-mana. Apa informasi yang tidak bisa ditelusuri oleh mahasiswa yang sekarang ini punya referensi daftar pustaka dalam satu sumber, www.google.com?
Kenapa saya ambil contoh pada sektor pendidikan mungkin ini akan lebih banyak membantu kita untuk membuka mata kita lebar-lebar dibanding hanya merasakan semilir khas ala angin sepoi yang membuat kelopak mata buka tutup. dan uaaah, menguap deh langsung hilang dari peradaban dan masuk alam bawah sadar.
Kalau ada yang bilang "Saya seorang praktisi pendidikan dan saya peduli pendidikan", kalau ditanya bla bla bla terkait masalah pendidikan kencengnya bukan main, semua pendapat dari a sampai z bisa dibahas tanpa harus buka banyak referensi lagi, terus kalo ada masalah terkait ekonomi terkadang mengelak bukan bidang saya tetapi masih bisa berkomentar dan masih nyambung buat diskusi.
Sahabat Nuya gimana kabar? Lama tak bersua sama tulisan saya kan. hehe, oh ya mungkin bagi yang update status FB saya (https://www.facebook.com/Nurpalenkchikampex) tulisan ini sudah ada. hanya ingin saya ulangi lagi biar tambah berkembang dan mudah dipahami. tulisannya terkait membuka mata tapi ndak sambil cilukba ya...
Begini ni guys, membuka mata itu itu penting banget ternyata. Sebenarnya kita itu tidak bisa melihat bukan karena kita -mohon maaf- buta, sekali lagi bukan karena buta. Namun kita itu terlalu nyaman dengan kebiasaan kita untuk menutup mata. Biasanya kita itu nyaman kan kalau sudah menutup mata, apalagi kalau yang namanya tidur dilingkungan yang dingin kalau ndak ada angin sepoi-sepoi. udah deh bakal susah dibangunin...
Sebenernya tulisan ini bukan jawaban saya atas pertanyaan dari siapapun, tapi ini hasil refleksi dari beberapa pengamatan dan diskusi-diskusi kecil yang pernah saya lakukan, dari membaca juga tentunya. Begini, misal kita seorang pendidik atau orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, ndak usah jauh-jauh deh. Mahasiswa saja lah ya, yang katanya penyambung antara kalangan elit dengan kalangan akar rumput.
Mahasiswa di era ini saya pikir tidak ada alasan untuk membatasi diri, akses tersebar dimana-mana. Apa informasi yang tidak bisa ditelusuri oleh mahasiswa yang sekarang ini punya referensi daftar pustaka dalam satu sumber, www.google.com?
Kenapa saya ambil contoh pada sektor pendidikan mungkin ini akan lebih banyak membantu kita untuk membuka mata kita lebar-lebar dibanding hanya merasakan semilir khas ala angin sepoi yang membuat kelopak mata buka tutup. dan uaaah, menguap deh langsung hilang dari peradaban dan masuk alam bawah sadar.
Kalau ada yang bilang "Saya seorang praktisi pendidikan dan saya peduli pendidikan", kalau ditanya bla bla bla terkait masalah pendidikan kencengnya bukan main, semua pendapat dari a sampai z bisa dibahas tanpa harus buka banyak referensi lagi, terus kalo ada masalah terkait ekonomi terkadang mengelak bukan bidang saya tetapi masih bisa berkomentar dan masih nyambung buat diskusi.
Setidaknya tidak menganggap ekonomi itu jelek dan alergi dengan kata ini. Biasanya malah menyuarakan aspirasinya dengan harapan agar ekonomi menjadi lebih baik lagi kedepan. dan hampir semua bidang, mungkin kecuali bidang yang akan saya bahas di bawah ini.
Saya sampai heran dan tidak habis pikir saja ketika banyak orang yang saya jumpai jika ditanya politik bener-bener tidak mau berkomentar sama sekali, bahkan mungkin langsung tutup kuping. Saya sendiri awalnya bertanya-tanya, apa yang membuat heran dari hal itu, sebenarnya kan wajar-wajar aja to, toh politik itukan pekerjaan kotor, jadi buat apa kita bicara hal-hal yang kotor. Mungkin ada yang masih berpikiran seperti itu? Yuk coba kita telaah dan cermati lagi.
Ini yang saya bilang, kita harus membuka mata lebar-lebar dan jangan pernah menutup mata apalagi berpura-pura menjadi orang "buta". Kalau kita peduli pendidikan tapi tutup mata sama politik, tentu dipertanyakan kepeduliannya. Kenapa dipertanyakan, coba saja pikirkan, sektor apa yang menentukan perkembangan pendidikan, pemerataan pendidikan, anggaran pendidikan, kebijakan pendidikan, dan hal-hal lain yang menyangkut pendidikan. kalau bukan lewat jalan politik melalui jalan mana lagi di negara yang menganut sistem demokrasi.
Mau berkilah, lah itu kan pekerjaan menteri pendidikan?! Sekarang harusnya kita balik tanya ke diri kita sendiri, proses pemilihan menterinya gimana, mekanismenya seperti apa, dan tanyakan lagi sama diri kita lagi terkait hal-hal diatas. Masih bilang nggak ada hubungannya sama politik kah? hal yang membuat kita menutup mata karena memaknai sesuatu hal secara parsial. Ingat politik ingat money politic, black campaign, kecurangan TPS, dan hal-hal jelek yang lain.
Namun kalau kita buka mata, sadarkan diri kita sekali lagi bahwa peran politik itu sangat dominan untuk indonesia sekarang ini. Manfaat yang ditimbulkannya jelas sangat banyak ketika yang menduduki kursi-kursi yang katanya elit itu adalah orang yang paham akan masyarakat indonesia yang pastinya butuh perbaikan, ketika elit itu memiliki iman kepada Tuhannya. Coba sekarang pikirkan kalau yang berkecimpung di dunia pendidikan tidak paham akan pendidikan itu sendiri. mau jadi apa pendidikan ini?
Jadi, sekarang sudahkah kita peduli dengan pendidikan di negara kita tercinta ini? :)
Saya sampai heran dan tidak habis pikir saja ketika banyak orang yang saya jumpai jika ditanya politik bener-bener tidak mau berkomentar sama sekali, bahkan mungkin langsung tutup kuping. Saya sendiri awalnya bertanya-tanya, apa yang membuat heran dari hal itu, sebenarnya kan wajar-wajar aja to, toh politik itukan pekerjaan kotor, jadi buat apa kita bicara hal-hal yang kotor. Mungkin ada yang masih berpikiran seperti itu? Yuk coba kita telaah dan cermati lagi.
Ini yang saya bilang, kita harus membuka mata lebar-lebar dan jangan pernah menutup mata apalagi berpura-pura menjadi orang "buta". Kalau kita peduli pendidikan tapi tutup mata sama politik, tentu dipertanyakan kepeduliannya. Kenapa dipertanyakan, coba saja pikirkan, sektor apa yang menentukan perkembangan pendidikan, pemerataan pendidikan, anggaran pendidikan, kebijakan pendidikan, dan hal-hal lain yang menyangkut pendidikan. kalau bukan lewat jalan politik melalui jalan mana lagi di negara yang menganut sistem demokrasi.
Mau berkilah, lah itu kan pekerjaan menteri pendidikan?! Sekarang harusnya kita balik tanya ke diri kita sendiri, proses pemilihan menterinya gimana, mekanismenya seperti apa, dan tanyakan lagi sama diri kita lagi terkait hal-hal diatas. Masih bilang nggak ada hubungannya sama politik kah? hal yang membuat kita menutup mata karena memaknai sesuatu hal secara parsial. Ingat politik ingat money politic, black campaign, kecurangan TPS, dan hal-hal jelek yang lain.
Namun kalau kita buka mata, sadarkan diri kita sekali lagi bahwa peran politik itu sangat dominan untuk indonesia sekarang ini. Manfaat yang ditimbulkannya jelas sangat banyak ketika yang menduduki kursi-kursi yang katanya elit itu adalah orang yang paham akan masyarakat indonesia yang pastinya butuh perbaikan, ketika elit itu memiliki iman kepada Tuhannya. Coba sekarang pikirkan kalau yang berkecimpung di dunia pendidikan tidak paham akan pendidikan itu sendiri. mau jadi apa pendidikan ini?
Jadi, sekarang sudahkah kita peduli dengan pendidikan di negara kita tercinta ini? :)
Komentar
Posting Komentar