KADER YANG MERDEKA
*"KADER YANG MERDEKA"*
Sebagaimana kita tahu kader adalah ujung tombak organisasi. Keberadaannya sangat dinantikan untuk membuat kultur dan membangun eksistensi sebuah organisasi. Karenanya, banyak organisasi membuat dan menjalankan sistem untuk merekrut kader secara besar-besaran, entah kualitas atau kuantitasnya. Bahkan tak jarang sering terjadi "rebutan" dan "tarik menarik" kader antarorganisasi.
Konsekuensi dari sistem kaderisasi yang buruk adalah bobroknya kualitas kader dan gagalnya organisasi itu untuk besar dan semakin membesar. Tentu sistem yang penting ini hanya bisa dijalankan oleh kader yang benar-benar memahami sistem pengkaderan. Mereka adalah kausalitas yang saling memengaruhi, sebuah konsekuensi sebab dan akibat.
Kader yang memahami sistem kaderisasi haruslah kader yang merdeka. Mereka bergerak dengan pemahaman serta memiliki cara pandang ke segala penjuru. Karena lagi-lagi kader yang merdeka itu berpikir sejalan dengan kebutuhan organisasi, bukan dengan insting dan intuisinya sendiri. Dengan istilah lain, Kader yang berpikir merdeka bukanlah kader yang egois.
Organisasi yang besar itu untuk mencapai visi dan misinya tidak bisa dilepaskan dari besarnya ruang lingkup dan luasnya lingkar pengaruh. Tidak jarang organisasi yang besar itu memiliki ad hoc(red: anak organisasi). Ad hoc yang baik juga memiliki sistem kaderisasi tersendiri, namun sistem ini tentunya sejalan dengan sistem kaderisasi dari organisasi yang menaunginya. Jika tidak tentulah ad hoc akan menggerogoti kekuatan organisasi tersebut. Termasuk kader yang menghidupkan ad hoc ini harus memahami tempat ia berasal. Singkatnya ad hoc adalah jalan (wasilah) dari sebuah perwajahan organisasi (wajihah).
Sebesar apapun ad hoc tidak akan berarti jika tidak berpengaruh terhadap luasnya lingkar pengaruh organisasi penaungnya. Maka dari itu kader yang menghidupi ad hoc haruslah punya perspektif berpikir yang luas. Karena mungkin saja organisasi penaungnya punya beberapa ad hoc yang bergerak pada wilayah yang lain. Tidak jarang ketika dilapangan ada kader yang diberikan kebebasan oleh organisasi untuk mengikuti dan menghidupi lebih dari satu ad hoc.
Dilema pun seringkali muncul ketika kader ini punya kontribusi yang besar terhadap ad hoc yang diikutinya itu. Keduanya sama-sama menganggap kader ini berpotensi untuk menghidupi (red: ketua) masing-masing ad hoc.
Tentulah dibutuhkan kesadaran masing-masing ad hoc ini untuk merelakan ketika memang tidak memungkinkan untuk menghidupi keduanya. Untuk menghindari sengketa kedua ad hoc ini maka organisasi haru memiliki mekanisme dan aturan yang jelas untuk menghindari adanya perpecahan.
Jika sudah ada, maka masing-masing ad hoc harus mematuhi aturan organisasi penaungnya. Ya, itulah konsekuensi sebauh ad hoc yang dinaungi organisasi yaitu sadar bahwa ia tidak akan besar tanpa adanya pengaruh organisasi. Bahkan ad hoc ini tak akan pernah ada tanpa dilahirkan oleh organisasi penaungnya itu. Bukan menjadi kacang lupa kulit.
Kader yang berpikir merdeka itulah kunci pemersatu organisasi dan semua ad hoc yang dinaunginya. Kader yang tinggi pemahaman organisasinya, kader yang bergerak atas dasar pemahaman. Bukanlah atas dasar nafsu dan pemikiran pribadinya semata, baik untuk kepentingan dirinya ataupun ad hoc yang ia hidupi saja.
Begitulah cara pandang dan logika berpikir kader yang merdeka. Kader yang patuh terhadap mekanisme dan aturan organisasi. Kader yang memahami kalau ia dan ad hoc yang dihidupinya tidak akan bisa besar tanpa pengaruh dari yang lain. Kader yang bergerak atas dasar pemahaman. Sekali lagi bukan kader EGOIS yang bergerak atas dasar nafsu dan pemikiran pribadinya maupun ad hoc yang dihidupinya.
Jadilah Kader yang berpikir dan bergerak merdeka. JADILAH KADER MERDEKA!!!
By: Nuryasin
Komentar
Posting Komentar