Membentuk Karakter Generasi

 




Membentuk Karakter Generasi

Author: Mas Yas

            Rumit, mungkin itu sedikit kata yang menggambarkan karakter. Tapi cukup sederhana bagi mereka yang sudah memilikinya.

            Berbicara mengenai karakter memang bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi karena terlalu banyak teori yang kita dengar sehingga kita merasa minder untuk mulai memahami karakter itu apa dan bagaimana cara pembentukannya. Pembentukan? Berarti karakter itu bisa berubah – ubah begitu?

Apakah perlu keahlian khusus untuk membicarakan karakter? Apakah sudah terasa seberapa minder kalian membicarakan sesuatu yang sebenarnya bebas untuk dibicarakan? Hehe

Oke, saya akan mulai dengan pertanyaan sederhana yang mungkin umum ditanyakan oleh orang – orang terhadap kalian. Pertanyaannya apakah kalian sudah merasa berkarakter?

Sebelum menelaah jauh dan menjawab pertanyaan itu, alangkah bijaknya kita coba mengulik apa itu karakter menurut beberapa literasi dalam perspektif ilmu pengetahuan.

Karakter secara bahasa meruapakan serapan dari bahasa latin “kharakter, kharessein, kharax” dan bahasa Inggris “character” yang memiliki makna membuat tajam. Dalam perspektif ilmu psikologi, karakter merupakan sebuah system keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan pada suatu tindakan seseorang individu.

Sederhananya karakter itu seperangkat nilai khas yang dimiliki seseorang yang dibentuk dari berbagai macam hal yang dialaminya sehingga mempengaruhinya dalam menggunakan cara pandang, berpikir, berucap, maupun berbuat sesuatu dalam hidupnya. Sebagai contoh kejujuran, orang yang jujur itu dibentuk oleh banyak hal dalam hidupnya yang akhirnya memutuskan bahwa jujur adalah sikap yang harus diambil.

Kejujuran dapat dibentuk dari kekecewaannya terhadap seseorang yang melakukan kebohongan terhadapnya. Ia merasa sangat sakit jika dibohongi, oleh karenanya proses itu kemudian membentuknya menjadi pribadi yang jujur.

Yang sebenarnya perlu kita ketahui selanjutnya adalah bagaimana caranya agar kita dapat membentuk karakter pada diri kita? Dan selama ini apakah kita sudah memiliki karakter pada diri kita?

Pada hakikatnya, setiap manusia secara umum yang memiliki pikiran, perasaan, panca indera, dan segala macam anggota badan yang dikarunia Tuhan beserta fungi – fungsinya pasti mengalami proses pembentukan karakter. Hanya saja, kesadaran untuk menjadi karakter seperti apa diri kita itu yang tidak semua orang dapat lakukan.

Kesadaran menjadi diri sendiri dengan karakter yang melakat pada dirinya sangat penting dalam menjalani kehidupan ini. Orang yang tidak memiliki karakter itu mudah dilupakan, dalam artian apa yang dilakukannya itu punya efek manfaat yang relatif kecil bagi orang lain.

Sebaliknya, orang yang karakternya kuat biasanya sangat mudah untuk memberikan efek manfaatnya untuk orang lain.

Kemudian setelah kesadaran akan pentingnya memiliki karakter dalam diri kita sudah tumbuh, maka selanjutnya kita harus mau untuk bertemu dengan berbagai macam hal dan berbagai macam cara pandang orang lain. Hal itu senada dengan lemparan dadu, semakin sering kita melempar maka semakin banyak kita berpeluang untuk mendapatkan angka dadu yang kita inginkan.

Semakin banyak interaksi kita dengan orang lain akan semakin mempercepat kita dalam menemukan karakter diri kita sendiri. Kuat lemahnya karakter yang nantinya terbentuk dalam diri kita juga tergantung dari kuat atau lemahnya karakter orang lain yang sering berinteraksi dengan kita. Seorang murid yang baik tentu lahir dari didikan sekian banyak guru yang baik, namun ia juga lahir dari sekian banyak pula guru yang tidak baik.

Kita sebagai manusia biasa secara lahiriyah pasti harus mengalami banyak proses tempaan untuk mendapati karakter seperti apa yang akan kita miliki. Jangankan manusia, Nabi saja dididik oleh Allah dengan berbagai macam kisah – kisah para pendahulu melalui firman-Nya dan juga ia ditempa dengan banyaknya masalah yang dihadapi dengan orang – orang di sekitarnya.

Kisah para nabi sebelum Rasul merupakan guru baik yang membentuk karakter Rasulullah SAW, adapun kekurangannya dan kisah – kisah umat yang durhaka kepada nabinya juga meruapakan guru baginya. Dari sanalah karakter kuat seorang Rasulullah SAW dibentuk oleh Allah SWT hingga menuju kesempurnaanya menjadi seorang manusia satu – satunya yang patut dan harus kita teladani.

Oleh karenyanya, perbanyaklah berinteraksi dengan banyak orang, dan temukanlah mereka – mereka yang baik dijadikan sebagai guru untuk kita ambil sebagai sarana pembentukan karakter dalam diri kita. Adapun dalam menjalani kehidupan ini, tak selamanya kita dikelilingi oleh kebaikan dan orang –orang baik, jadikanlah itu sebagai sarana pembentuk karakter juga agar kita menjauhi hal – hal yang tidak baik itu. Toh, kita juga bisa punya potensi memberikan manfaat kepada semua orang di sekitar kita, termasuk mereka yang tidak baik perilakunya.

Kenapa manfaat terus yang dibahas? Lha, bukannya kita ingin jadi sebaik – baik manusia? Masih ingetkan Sabda nabi Muhammad SAW, “Khairun naas, anfauhum linnaas”.  Sebaik – baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk orang lain, bukan yang paling banyak dimanfaatin doing lho ya,,, hehe

Makanya perbanyaklah berinteraksi dengan generasi penerus, agar mereka semakin kaya sumber daya nya dalam menemukan dan membentuk karakter dalam dirinya. Ingat kita tak selamanya ada di dunia, namun nilai dan karakter kita basa jadi akan terus menemani setiap generasi dalam membentuk karakternya. Jika itu terjadi, maka bayangkan sebesar apa manfaat kita untuk orang lain… J

 

 

 


Komentar

Postingan Populer

Nuryasin: Jamaah Kristen Satu Gereja Masuk Islam Karena Kunci Surga

Kisah Seorang Kakek Muslim dan Anak Keturunan Yahudi