Masyasih? #5 Mengeksekusi Solusi

 



Pernah mendengar jika ada masalah supaya tidak berfokus pada masalah, tapi juga memikirkan solusi?

Cara berpikir yang benar, namun belum bernas, belum utuh. Bayangkan saja jika semua orang hanya berhenti pada berpikir solusi, tanpa melakukan eksekusi. Akan sama seperti ribuan ide yang ada di kepala kita tapi belum ada satu pun yang terealisasi.

Beberapa waktu setelahnya ternyata ada orang yang sudah melakukan hal tersebut, kemudian apa yang kita sampaikan ke orang – orang? Dengan bangganya disampaikan bahwa kita telah memikirkan itu sejak lama dan merasa geram karena idenya telah dieksekusi oleh orang lain. Pernah begitu bukan? hehe

Padahal dunia ini selalu memenangkan orang dengan prosentase ide 1% dan 99% lainnya ialah eksekusi. Amalan akhirat juga demikian bukan? yang punya potensi diterima shalatnya ya mereka yang mengeksekusi atau mengerjakan shalat, bukan sekedar memikirkan shalat.

Lha wong sudah mengerjakan saja belum pasti diterima, apalagi cuma sekedar mikirin aja. Semuanya tergantung Gusti Allah yang menilai apakah amalan kita itu layak atau tidak untuk diterima. Hampir sama kayak kamu sama si doi kan? Bertindak aja belum pasti diterima, apalagi cuma dipikirin aja. Hiyaaaa…

Pemenang memang jauh lebih sedikit dibanding semua peserta yang ingin menang. Mau bilang pecundang, takut gak terima. Saya sendiri yang tidak terima, soalnya seperti sedang berkaca. Eh tapi harus optimis, kita tetap harus jadi pemenang dalam kebaikan. Fastabiqul khairat kalau sesuai yang termuat dalam Kalamullah.

Karena jumlahnya sedikit, maka pemenang itu lahir dari proses panjang. Realitanya berapa ide – ide kita yang sampai sekarang sudah tereksekusi? Bandingkan dengan yang tidak tereksekusi. Banyak mana hayo?

Apakah maksudnya pemenang itu sejatinya tidak ada? Coba kita kaji lebih mendalam apa yang dimaksud dengan 1% ide dan 99% eksekusi. Kita coba kembali mendengar kisah ilmuwan yang sudah tak asing ditelinga kita, Thomas Alva Edison. Untuk membuat satu lampu saja butuh beratus kali kegagalan bukan?

Jika kita hitung prosentasenya untuk 1 ide lampu menyala yang dihasilkan, berbanding 999 an lampu yang gagal. Prosentasenya hanya 0,1 %  ide berbanding 99,9 % eksekusi. Kita sendiri bagaimana jika menemui 1 kegagalan, masih sanggup lanjut? 10 kegagalan masih optimis? 100 kegagalan mungkin? Daya tahan kita untuk mempertahankan ide dan merealisasikannya sekuat itu kah?

Maka ikhtiar atau eksekusi dari ide itu menjadi sangat penting. Bukankah Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau merubah kondisinya sendiri?

Maka, omong kosong di tulisan saya sebelumnya (Mengasah Resah) jika keresahan yang saya rasakan hanya berkutat di masalah yang ada, atau berhenti hanya dengan solusi dalam bentuk saran kepada pengurusnya agar memperbaiki cara mereka dalam mengajak kami – kami mahasiswa baru ini untuk bisa menjangkau frekuensinya.

Saya memutuskan untuk terlibat dalam proses perbaikan itu. Saya mengikuti seluruh alur kaderisasi yang ada di lembaga kerohanian islam tersebut. Apakah tanpa masalah? Berjalan sesuai yang saya rencanakan?


Komentar

Postingan Populer

Nuryasin: Jamaah Kristen Satu Gereja Masuk Islam Karena Kunci Surga

Kisah Seorang Kakek Muslim dan Anak Keturunan Yahudi