Reorientasi Visi Organisasi (Tim, Entitas, dan Wadah Perkumpulan lain)
Visi Bermain, Bahkan bermain pun ada visinya, bagaimana sebenarnya visi dalam sebuah permainan?
Dalam permainan sepakbola klasik, seringkali kita
mendengar komentator bola menyampaikan seseorang yang punya peran dalam visi
permainan sebuah Tim.
Perannya sangat berat, menjunjung visi permainan
untuk memenangkan setiap pertandingan. fokusnya tentu menjadi kreator dalam
mengonsep serangan agar terkonversi menjadi goal,
Pemain yang menonjol sebagai kreator serangan ini
sering disebut sebagai Playmaker. Pemain nomor 10, istilah nomor 10 bukan dari
nomor punggung lho ya, tapi dari perannya dalam mengemban peran sebagai kreator
serangan.
seiring berjalannya waktu, pemain nomor 10 murni
dalam sebuah Tim sudah jarang sekali ditemui. sepakbola saat ini
menitikberatkan pegembanan visi permainan dalam sebuah Tim, bukan perorangan
lagi.
Bahkan seorang kiper pun dituntut wajib memiliki
visi permainan, selain fungsi utamanya sebagai penjaga gawang saja. Tak jarang
goal juga tercipta diawali dari serangan yang dimulai dari seorang penjaga
gawang.
Pola seperti ini terbukti efektif dalam menjaga
konsistensi dan performa sebuah Tim. Jadi ketika pemain kuncinya mengalami
cidera, efeknya tidak terlalu besar karena variasi serangannya tidak bertumpu
pada pemain nomor 10 saja.
Bukankah berorganisasi, berentitas, berkomunitas
dan wadah perkumpulan lain juga seharusnya demikian?
Tidak ada lagi seharusnya istilah "One Man
Show" lagi karena visi organisasi bukanlah melahirkan tokoh. Lebih dari
itu, organisasi atau wadah perkumpulan seharusnya melahirkan sistem untuk
menunjang tercapainya visi organisasi tersebut.
Bahkan dalam konteks kita berdakwah, diturunkannya
nabi dan rasul bukanlah Allah ingin memunculkan mereka sebagai tokoh. Melainkan
agar visi Islam sebagai rahmatan lil 'alamin itu dapat menyebar ke seluruh
penduduk bumi. Ketokohan para nabi dan rasul hanya efek dari totalitasnya dalam
mengemban visi dakwah Islamiyah yang Allah tugaskan.
Nabi dan rasul yang sudah jelas mulia saja tidak
fokus membesarkan namanya.
Bukankah kita sering mendengar bahwa umur seorang
dai tidak lebih panjang dari pada umur perjuangan dakwah?
Apa kita lupa? 🙁
Komentar
Posting Komentar