Korelasi Ilmu, Wawasan, Framework, Pengambilan Keputusan, dan Perilaku
Bismillah,
Dalam berpendapat, semua argumen bisa diarahkan dan terkesan benar karena semua elemen penegakan hukum diatur sedemikian rupa. Misal kita melihat kasus pemerkosaan di negara-negara barat sangat kecil bahkan nol kasus. Dalihnya karena disana seks bebas legal.
Sehingga muncul pendapat kalau begitu legalkan saja seks bebas disini, agar tidak terjadi kasus pemerkosaan lagi. Bagi yang memiliki dasar ilmu agama mungkin itu aneh dan tak wajar.
Tapi bagi mereka yang mengatakan dirinya "open minded" hal itu logis dan memang bisa dibuktikan melalui data. Maka menjaga value dari produk hukum itu sangat penting.
Ibarat kita sekarang mudah mewajarkan kemaksiatan dan memandang remeh dosa. Adapun pembelaan kita seringkali menunjuk kesalahan pada orang lain, bukan pada diri kita.
Misal saja, kita mudah membiarkan diri kita menikmati perjalanan saat bertemu dengan orang-orang yang tak menutup aurat, memang pakaiannya sopan saja, tapi kita lupa bahwa memandangnya secara berlebihan itu merupakan kemaksiatan dan dihukumi dosa.
Namun, kita seringkali mudah _menjudge_ kesalahan pada orang yang tak menutup aurat itu. Bukan pada mata yang bermaksiat menikmati dan memandang secara berlebihan. Lebih akut lagi adalah yang mewajarkan orang yang tak menutup aurat, kemudian mewajarkan dirinya tak menjaga pandangannya
Ilmu dan wawasan itu menjadi referensi seseorang membentuk kerangka pikir (framework) yang nantinya menjaga value kita untuk berkata, bersikap, dan berperilaku. Ilmu dan wawasan itu hulu dari pengambilan keputusan seseorang untuk berperilaku.
Jadi jangan heran kalau kita menjadi orang yang bingung bersikap, tentu karena ilmu dan wawasan yang kita dapatkan masih minim dalam membentuk kerangka pikir.
Maka bahaya sekali jika ada orang yang dinyatakan sebagai ahli hukum, namun ia tak memiliki kecakapan sebagai ahli agama / 'alim. Produk hukum seperti apa yang akan dihasilkan nantinya? 🤔
Yuk jangan bosan-bosan mendalami ilmu-ilmu agama dari para alim sebagai pondasi dari ilmu kebidangan yang memperluas lingkar manfaat kita kepada masyarakat.
Jangan sampai value itu hanya kita ukur sebatas nominal sehingga kita rela disibukkan dan bersemangat mendalami dan mengamalkan ilmu kebidangan kita, namun lalai dan mudah bermalas-malasan dengan ilmu-ilmu agama yang kaya value namun (mungkin dianggap) tak berimpact pada besar nominal yang kita dapatkan.
Jangan mudah tertipu sama dunia, memang berat! Tapi memang begitulah tugas kita dikasih hidup sama Gusti Allah bukan? 😁
Komentar
Posting Komentar