Masyasih? #8 Gesekan Sosial



Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Sebuah nasihat dalam kitab Al Hikam pernah disampaikan oleh Gus Baha,

 

"...Kamu akan sakit dengan gesekan sosial, kenapa kamu dibikin sakit? Supaya tidak nyaman dengan makhluk kemudian kembali kepada Allah SWT...".

 

Maka sikapi saja gesekan sosial di hari-hari ini atau beberapa momentum mendatang supaya kita punya pengingat untuk menyadari bahwa tempat paling nyaman untuk kembali hanya Allah saja J

 

Apa yang membuat kita nyaman selama hidup ini? perlulah kita menyadari, jangan - jangan kenyamanan itu adalah sebuah tipu daya yang melenakan kita dari hakikat hidup di dunia ini.

 

Begitu mudahnya kita tertipu oleh nyamannya dunia ketika dengan entengnya menghamburkan uang ketika dalam kelapangan harta. Mengeluarkan uang Rp 100.000,00 bukan menjadi sebuah pertimbangan penting ketika kita sudah memiliki uang yang berlebih.

 

Padahal saat dalam kondisi kekurangan luar biasa, uang Rp 100.000,00 tersebut menjadi sesuatu yang sangat berharga. Hingga setiap rupiah yang akan kita belanjakan rasanya penuh dengan perhitungan, bahkan untuk hanya sekadar memilih tempat saja kita hindari yang ada tukang parkirnya. 

 

Saking kita menjaga supaya uang yang kita miliki bisa dibelanjakan untuk hal yang lebih bermanfaat, terutama untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Lima ratus rupiah sekalipun kita jaga hati-hati pengeluarannya, dan kita kumpulkan barangkali nanti sudah banyak, bisa digunakan untuk kebutuhan mendesak.

 

Kenyamanan lain misal saja dalam bentuk pergaulan. Betapa senang dan nyamannya kita memiliki lingkungan yang luar biasa positif, menyenangkan, dan sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Tak ada banyak tuntutan, tak ada cibiran, tak ada omongan kasar, dan hal - hal lain yang barangkali membuat kita merasa tak nyaman menjalani hidup ini.

 

Kita merasa nyaman karena memiliki orang tua yang sangat menyayangi, memenuhi semua kebutuhan hidup, dan juga tak segan membantu jika memiliki masalah-masalah sekecil apapun, meskipun kenyamanan luar biasa ini terkadang tak kita sadari.

 

Merasa nyaman dengan dunia kerja yang sesuai passion, sehingga mengerjakan pekerjaan selalu dihinggapi perasaan cinta terhadap apa dilakukannya di kantor atau dipekerjaan dalam bidang apapun.

 

Melimpahnya kenyamanan tersebut terkadang perlu kita cermati lebih dalam, supaya kita tak mudah lalai kemana seharusnya tempat kembali. Maka, Allah selalu memberikan kita kesempatan untuk bermesraan dengan hamba-Nya. Senang betul Allah jika ada hamba yang meningatnya.

Ayat tersebut bermakna, "Maka, ingatlah kalian kepada-Ku, pasti Aku (Allah) akan mengingatmu". Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan tentang kandungan ayat ini. 

 

Dari Ibnu Abbas sehubungan dengan takwil firman-Nya:  Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian. (Al-Baqarah: 152) Disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah 'ingat Allah kepada kalian jauh lebih banyak daripada ingat kalian kepada-Nya'.

 

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

 

"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَمَنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُ".

 

Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam diri-Ku; dan barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam golongan yang lebih baik daripada golongannya."

 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنْ ذَكَرْتَنِي فِي نَفْسِكَ ذَكَرْتُكَ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرْتَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُكَ، فِي مَلَأٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ -أَوْ قَالَ: [فِي] مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ -وَإِنْ دَنَوْتَ مِنِّي شِبْرًا دَنَوْتُ مِنْكَ ذِرَاعًا، وَإِنْ دَنَوْتَ مِنِّي ذِرَاعًا دَنَوْتُ مِنْكَ بَاعًا، وَإِنْ أَتَيْتَنِي تَمْشِي أَتَيْتُكَ أُهَرْوِلُ"

 

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: 

 

Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, jika kamu ingat kepada-Ku di dalam dirimu, niscaya Aku ingat pula kepadamu di dalam diri-Ku. Dan jika kamu mengingat-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat pula kepadamu di dalam golongan dari kalangan para malaikat -atau beliau Saw. bersabda, 'Di dalam golongan yang lebih baik dari golonganmu'-. 

 

Dan jika kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, niscaya Aku mendekat kepadamu satu hasta. Dan jika kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekat kepadamu satu depa. Dan jika kamu datang kepada-Ku jalan kaki, niscaya Aku datang kepadamu dengan berlari kecil.


Sanad hadis ini sahih, diketengahkan oleh Imam Bukhari melalui hadis Qatadah yang di dalamnya disebutkan bahwa Qatadah mengatakan, "Makna yang dimaksud dari keseluruhannya ialah rahmat Allah lebih dekat kepadanya."

 

Maka, tentang nyaman tidaknya hidup ini sebenarnya muncul dari hati kita yang punya keinginan tentang apa yang seharusnya terjadi atau apa yang seharusnya tidak terjadi kepada kita. Sehingga kita lupa bahwa hakikatnya, apapun yang terjadi itu ialah agar kita selalu menjadikan Allah tempat ternyaman untuk kembali.

 

Kembali dalam kondisi susah, maupun dalam kondisi gembira. Karena begitu beratnya kalau kita lupa cara kembali kepada tempat kembali terbaik terutama saat kita berada dalam kubangan tipu daya kebahagiaan dan kenyamanan hidup yang begitu melalaikan.

 

Maka, jangan ragu jika pembaca mendapati kondisi penulis yang tak sesuai dengan pengingat dalam tulisan ini. Jangan ragu untuk mengingatkan, karena barangkali pengingat dari pembaca adalah bentuk gesekan sosial yang Allah hadiahkan sebagai momentum untuk kembali kepada sebaik - baiknya tempat kembali, Allah SWT. 

 


Komentar

Postingan Populer

Nuryasin: Jamaah Kristen Satu Gereja Masuk Islam Karena Kunci Surga

Kisah Seorang Kakek Muslim dan Anak Keturunan Yahudi